-->
  • Mada Oi u'a Mengalir Kepemukiman Warga

    Mada Oi U’a yang berarti mata air pinang, nama mata air yang terletak pada titik 08032’43 lintang selatan dan 118016’26 bujur timur. Bagi masyarakat desa Kempo kecamatan Kempo Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat, penamaan mata air “Mada oi U’a” tidaklah asal-asalan. Conon, mata air yang berlokasi diketinggian 84 meter diatas permukaan laut tersebut dulu banyak ditumbuhi pohon pinang, bahkan ada air yang keluar selah-selah akar pohon pinang. Sehingga warga secara turun temurun menyebutnya Mada Oi U’a.

    Pada masyarakat desa Kempo terutama dusun Kalate, Mada Oi U’a sangatlah fital. Karena menjadi satu-satunya sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari minum, mandi, masak, cuci hingga memberi minum ternak.
    Akan tetapi pemanfaatan mata air yang berada dilereng gunung dengan jaraknya lebih dari 300 meter dari pemukiman oleh warga harus dengan susah payah. Karena bukan hanya bukitnya yang bersemak dan licin, namun mata airnya pun masih berupa semburan air disela-sela akar pohon dan batu sehingga warga tidak bisa mengambil air secara langsung.

    Ibu Jumratun misalnya, salah satu warga dusun kalate berusia 40 tahun itu mengisahkan bahwa ia bersama warga yang lain hanya dapat mengandalkan selang plastic ukuran 3/4 inci guna membawa turun air gunung tersebut. Sehari-hari Ibu Jumratun harus mengantri bersama ratusan warga lain di lokasi ujung selang, menggunakan ember berisi sekitar 20 literan.“sehari bisa dapat Sembilan ember untuk masak, cuci piring, gelas, periuk, wajan. Kadang juga bisa buat puteri pertama saya yang ke sekolah” cerita Ibu Jumratun.

    Tidak jauh berbeda, Ibu Aminah yang kebetulan halaman rumahnya sebagai lokasi ujung selang. Ia pun harus bangun tidur lebih awal dari tetangganya biar menghinghindari antri panjang dan lebih cepat menampung air. “airnya tidak lari bagus, karena banyak bocor selang, untuk satu ember kecil saja baru penuh harus nunggu setengah jam. Agar bisa semua kebagian air, kita nampung untuk kebutuhan yang penting-penting saja. Untuk irit air kita biasakan mandi sekali sehari” ungkap ibu berusia 56 tahun yang berbadan kurus itu.

    Ibu Jumatun dan bu Aminah merupakan gambaran aktifitas keseharian warga dusun Kalate desa Kempo dalam usaha mendapatkan air bersih dan air minum. Namun, kehadiran program PAMSIMAS-II tahun 2014 ini sebuah berkah tersendiri bagi mereka karena menjadi solusi untuk mengatasi masalah kesulitan air bersih yang mereka alami selama ini.

    Melalui Program PAMSIMAS, warga bergotong-royong membangun sarana air bersih. Guna mengalirkan air dari Mada Oi U’a kepemukiman, warga mengandalkan system perpipaan gravitasi. Sarana pun dibangun mulai dari membuat broncaptering pada lima titik mata air, 1 unit bak reservoar, 3 unit Hidran Umum, serta 2 unit kran umum. Sehingga lebih dari 400 jiwa warga kesulitan air bersih yang menghuni dusun Kalate dapat secara leluasa memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum.

    “sekarang warga Kalate dapat mengakses air bersih untuk memenuhi kebutuhan air sesuai kebutuhan maksimal. Karena kapasitas air yang mengalir dari Mada Oi U’a terbilang besar yaitu 2,7 liter perdetik” ungkap Zulkifli, coordinator KKM Mada Oi U’a desa Kempo.

    Untuk mengoptimalkan aliran air ke sarana air yang dibangun, menurut Zulkifli dengan mebuat system jaringan pipa transmisi mempergunakan pipa GI 3 inci dan GI 2 inci, sementara untuk jaringan distribusi menggunakan pipa GI 3 inci, GI 2 inci sepanjang 149 meter serta disambung dengan pipa PVC 2 inci 642 meter. “jumlah dana yang dipergunakan dalam kegiatan sebesar Rp. 275.000.000, terdiri dari Rp. 220,000,000 sumber APBN, Rp. 11.000.000 dana incash ditambah sekitar Rp. 44.000.000 sumbangan warga berupa tenaga dan bahan material local”tuturnya.

    Selain membiaya kegiatan pembangunan SAM, dana kegiatan juga diperuntukan guna kegiantan penguatan kapasitas anggota KKM, satlak, BPSPAM dan kegiatan-kegiatan bidang Pola Hidup Bersih dan Sehat berupa penyuluhan cuci tangan pakai sabun dan pemeriksaan personal hegeni bagi siswa SD, penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, pemicuan stop BABS dan monev pasca pemicuan serta pengujian kualitas air.

    Sementara untuk keberlajutan sarana air bersih yang sudah dibangun, warga sudah membentuk Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum (BPSPAM). Bahkan warga telah menyepakati besaran iuran Rp. 15.000 per KK perbulan untuk perkiraan beban biaya operasi dan pemeliharaan SPAM. Iuran tersebut akan dialokasikan untuk biaya pengembangan, biaya perawatan dan pemeliharaan SAM serta upah tenaga pemelihara.

    Kini bu Jumratun dan bu Aminah bersama warga lainnya sudah bisa tersenyum lebar, mencuci dan mengambil air bersih dengan leluasa tanpa kuatir antrian panjang. Mandi tak lagi harus piker-pikir dulu, bisa dua kali sampai tiga kali sehari.
  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment